AHLAN WA SAHLAN

Jumat, 12 April 2013

BULK DENSITY



1.      PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Tanah merupakan unsur terpenting yang dapat mendukung budidaya pertanian, dimana tanah berfungsi sebagai penyedia dalam unsur hara, penahan air dan sebagai media pertumbuhan paken alami. Fungsi tanah tersebut tidak terlepas dari sifat fisik, kimia dan biologi, dimana sifat tersebut berkaitan satu sama lain.
Bulk Density merupakan berat suatu ,massa tanah per satuan volume tertentu. Volume tanah yang dimaksud adalah volume kepadatan tanah termasuk ruang pori. Tanah yang lebih padat mempunyai bulk Density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density pada tanah mineral berkisar 1-1,6 gr/ cm3, sedangkan tanah organic umumnya memiliki nilai bulk density antara 0,1-0,9 gr/ cm3.
Tanah-tanah organik memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rendah dibandingkan dengan tanah mineral.Tergantung dari sifat-sifat bahan organis yang menyusun tanah organik itu dan kandungan air pada saat pengambilan contoh, maka biasanya kerapatan isi tanah itu berkisar antara 0,2 – 0,6 gr/cm3.
Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organic dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar.
Bulk densinty menggambarkan keadaan struktur, tekstur dan porositas tanah dan serta untuk menghitung berat tanah dilapangan. Pengaruh sifat‑sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai.dari kaitan pertumbuhan tanaman dengan bulk densinty, oleh karena itu pratikum. ini perlu dilaksanakan untuk menentukan nilai bulk densinty tanah sehingga kita dapat melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan dan mengetahui nilai bulk density dari tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
      Kegunaan dari praktikum bulk density adalah untuk mengetahui cara-cara yang ditempuh dalam menentukan berat jenis tanah, sebagai bahan informasi bagi para pemilik lahan pertanian dalam melakukan pengolahan tanah.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bulk Density
Bulk density atau kerapatan lindak atau bobot isi menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap  hektar  tanah,  yang  didasarkan  pada  berat  tanah  per  hektar (Hardjowigeno, 2003).
Kerapatan isi tanah berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan. Kerapatan isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang renggang berpori-pori mempunyai bobot yang kecil per satuan volume. Tanah yang bertekstur halus mempunyai porositas tinggi dan berat isi yang lebih rendah daripada tanah berpasir. Bahan organik memperkecil kerapatan isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada mineral, dan bahan organik memperbesar porositas tanah (Pairunan, 1997).
Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. . Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai nilai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah di bawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1 – 1,6 gr/cm3, sedangkan tanah organik umumnya memiliki nilai bulk density antara 0,1 – 0,9 gr/cm3. Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padas tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik. Bulk density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya (Anonim, 2012).
Pengambilan contoh tanah tidak boleh merusak struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi jumlah pori-pori tanah, demikian pula berat persatuan volume. Empat atau lebih bongkah (gumpal) tanah biasanya diambil dari tiap horizon untuk memperoleh nilai rata-rata. Gumpal-gumpal tanah yang diambil dari lapangan untuk penetapan kerapatan isi itu dibawa ke laboratorium untuk dikering-ovenkan dan ditimbang (Hakim dkk, 1986).
2.2. faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density
faktor yang mempengaruhi bulk density antara lain :
a.    Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tekstur tanah dapat menentukan sifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.  Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis.  Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.  Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang.  Metode ini merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya.  Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).
b.   Struktur               
Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat atau bongkah. Tanah yang partikel-partikelnya belum bergabung terutama yang bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat, yang terllihat massif ( padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dank eras jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta disebut juga tanpa struktur. (Hanafiah, 2005).                                                                                                                
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi draenasi atau aerasi tanah, karena susunan antara ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar dari pada susunan antar partikel primer. Oleh karena itu, tanah yang bertstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2005).                                            
c.    Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik  secara fisik, kimia maupun dari segi biologi tanah, sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Hakim,1986).
            Bahan organik merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah berkisar antara (0,05-5) % dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60 % dan pada lapisan oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan yang menurun (Pairunan, dkk., 1985).
Manfaat fisik dari bahan organik adalah merangsang drainase agregat dan menetapkannya, menurunkan porositas, kohesi, dan sifat kimianya dari liat serta kemampuan untuk menahan air meningkat. Manfaat kimia bahan organik adalah meningkatnya daya serap dan kapasitas tukar kation meningkatkan kation yang mudah di pertukarkan dan kelarutan sejumlah unsur dari mineral untuk asam humus. Manfaat biologi dari bahan organik adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah dan meningkatkan kegiatan mikroorganisme dalam membantu mempengaruhi dekomposisi bahan organik (Hakim., 1986).
d.    Kadar air
Air tersedia dan terdapat di dalam tanah ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat. (Hakim, dkk., 1986).


III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan waktu
Praktikum bulk density dilaksanakan pada hari selasa, 20 november 2012 pukul 10.00 WITA, di laboratorium Fisika Tanah jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ring sampel, mistar, timbangan, oven, dan  desikator.                                                                                                            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sample tanah utuh.
3.3. Prosedur Kerja
1.      contoh tanah dari pengamatan profil yaitu contoh tanah utuh yang diambil dengan ring sampel, dimasukkan ke dalam oven 2 hari sebelum praktikum.
  1. Setelah diovenkan, contoh tanah dimasukkan ke dalam desikator untuk didinginkan, kemudian ditimbang tanah beserta ring sampelnya, selanjutnya keluarkan tanahnya kemudian timbang ring sampelnya.
3.      Hitung bulk density dengan persamaan:
Keterangan:
            Volume Tanah             = 
             t                                  = tinggi ring sampel (cm)
             r                                  = jari-jari ring sampel (cm)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum Bulk density maka diperoleh hasil sebagai beikut:
Tabel. Hasil Perhitungan Bulk Density
BTKO
(gr)
Tinggi ring sample
(cm)
Jari-jari ring sample
(cm)
Nilai bulk density
(gr/cm3)
223,2
7
2,9
1,2
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2012.
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh di atas, menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki bulk density 1,2 gr/cm3 yang menunjukkan bahwa tanah tersebut termasuk kedalam tanah mineral karena berada pada interval 1 – 13 gr/cm3 .Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1 – 1,3 gr/cm3, sedangkan tanah organic umumnya memiliki nilai bulk density antar 0,1 – 0,9 gr/cm3 (Anonim, 2012). Tekstur dari tanah ini adalah liat dan berpori mikro sehingga setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan kemampuan menahan air serta menyediakan unsur hara yang tinggi.  Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003), yang menyatakan bahwa Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Bulk density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah stuktur, kadar air, bahan organik dan tekstur. Tanah bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot antara 1,0-1,9 g/cm³, sedangkan yang bertekstur kasar bobotnya antara 1,3-1,8 g/cm³,bahan organik mempunyai berat isi dari tanah karena bahan ini lebih  ringan dari pada mineral, kemudian bahan organik juga turut memperbesar pori. Kadar air dalam pori-pori yang luas sangat sulit memegang tanah. Selain itu Tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot yang kecil persatuan volume dan tanah padat memiliki bobot tinggi persatuan volume. Berat isi ditentukan oleh padatan tanah dan porositas. Padatan tanah sangat berpengaruh, dimana tanah yang lebih padat mempunyai nilai bulk density yang lebih besar daripada tanah yang kurang padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa porositas berpengaruh dalam menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar atau tinggi maka nilai bulk density kecil.






V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di Laboratorium maka dapat disimpulkan bahwa nilai bulk density pada tanah tersebut adalah 1,2 gr/cm3. Serta faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density yaitu, tekstur, struktur, bahan organik dan kadar air.
5.2. Saran
Sebaiknya pengolahan tanah perlu di perhatikan Bulk densitynya untuk mengetahui kekerasan pada tanah yang akan kita jadikan suatu lahan pertanian.






DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurhajati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grapindo. Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Tim asisten dan dosen universitas hasanuddin. Penuntun praktikum dasar-dasar ilmu tanah. Makassar. 2012.
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.




LAMPIRAN
Dik      : Tinggi ring sample (t)            = 7 cm
              Jari-jari (r)                              = 2,9 cm
              Berat tanah kering oven        = 223,2 gr
Dit       : Bulk density ………..?
Penye  :
            Volume tanah = Ï€r2t
                                    = 3,14 x (2,9)2 x 7
                                    = 184,85 cm3
           
           
                                  =  1,2 gr/cm3









PROFIL TANAH



1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk.   
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis dari tanah itu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan acuan untuk pelaksanaan analisis dilaboratorium, serta sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal) pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 – 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen, 2010).

2.2. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941), yaitu: bahan induk, iklim, organisme, relief dan waktu. Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk adalah faktor pasif.
Bahan Induk Tanah
Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau  in situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith.             Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai BAHAN INDUK. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain. Bahan-bahan di bagian bawah tanah biasan. Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan, komposisi mineral dari tanah,  dan kesuburan kimia tanah.
Iklim
Tanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Sedangkan angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah. Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi. Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.
Organisme
Organisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah dengan berbagai macam cara. Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk  pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah bawah dan tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah.

Relief
Ada 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:
a.       pengaruh kelerengan atas jeluk tanah
b.       modifikasi pengaruh iklim
c.       mempengaruhi hubungan kelembaban
Waktu
Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama.
2.3. Sifat-sifat Tanah
A. WARNA TANAH
Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).                                                                                                                                    
Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).                                               
 Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.  Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.
B. TEKSTUR
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu
(Hakim et al, 1986).                                                                                                                
 Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).                                                                                      
Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar. Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Kelompok partikel ini pula disebut dengan “separate tanah”. Analisa partikel laboratorium dimana partikel-partikel tanah itu dipisahkan disebut analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Hakim et al, 1986).                                          
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).
C. STRUKTUR
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.                                                                                   
 Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :                     
 a. Bentuk lempung                                                                                                       
 b. Bentuk prisma                                                                                            
 c. Bentuk gumpal                                                                                          
  d. Bentuk spheroidel atau bulat                                                                                                   
 Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al., 1986)






III. METODOLOGI
3.1. Letak Astronomi dan Geografis
Secara astronomis lokasi pengamatan profil tanah terletak di desa Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara            :  pallaccina desa Pallantikang
- Sebelah timur            :  balangpunia (gunung padang taring)
- Sebelah selatan         :  desa borong p’la’lang
- Sebelah barat            :  bontoleba
          Secara Geografis lokasi pengamatan profil yaitu 119o 337,68 BT dan 05o 11 9,14 LS.      
3.2. Waktu dan tempat                    
Praktek pengamatan profil tanah dilaksanakan di area persawahan desa Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa pada tanggal 20 oktober 2012 pada pukul 10.00 sampai 13.00 WITA.
3.3. alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, linggis, skop, cutter, ring sample dan meteran.
Bahan-bahan yang digunakan adalah kantong plastik, kertas label, pulpen,  air, tanah, serta daftar isian profil.
3.4. Prosedur Kerja
Syarat-syarat penampang profil
Pengamatan profil dilaksanakan dengan syarat :
1.             Lubang penampang harus cukup besar supaya orang dapat dengan mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan sempurna.
2.             Ukuran penampang pengamatan dipilih lubang penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang pengamatan dipilih pada dinding teratas.
3.             Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pengamatan.
4.             Penampang pewakil adalah tanah yang belum mengalami gangguan misalnya tanah timbunan.
5.             Jika berair, maka air yang berada di dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
6.             Pengamatan dilakukan pada lokasi sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi dan tidak terlalu sore).
Sampel Tanah Utuh
Tahapan kerja pengambilan sampel tanah utuh yaitu :
1.        Meratakan dan membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil kemudian meletakkan Ring Sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
2.        Menggali tanah disekeliling Ring Sample dengan sekop.
3.        Mengiris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati Ring Sample.
4.        Menekan Ring Sample dengan papan sehingga tanah memenuhi ruang Ring Sample.
Sampel Tanah Terganggu
Tahapan kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
1.        Mengambil tanah dengan sekop atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil.
2.        mengambil sampel tanah dan memasukannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan profil taanh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Parameter pengamatan
Lapisan
I
II
Kedalaman Lapisan (cm)
50 cm
35 cm
Batasan Lapisan
Berbaur
Berbaur
Topografi Batas lapisan
Tidak teratur
Tidak teratur
Warna (munsell)
Cokelat
Cokelat kekuningan
Tekstur
Liat
Liat berpasir
Struktur
Granular
Granular
Konsistensi
Lembab gembur
Basah, agak lekat
Karatan
Ada
Ada
Sumber: data primer 2012
4.2. Pembahasan
Pada lapisan pertama kedalaman lapisan yaitu 50 cm sedangkan pada lapisan ke dua kedalaman lapisan yaitu 35 cm sedangkan pada area persawahan (tanah dangkal), lapisan I kedalamannya 0-25 cm, lapisan II kedalamannya 25-47 cm. Ini berarti tanah persawahan di desa saule lebih dalam daripada area persawahan umumnya. Hal ini terjadi karena tanah dalam mengalami pelapukan yang lebih hebat dari pada tanah dangkal. Namun, dalam hal perkembangan profil tanah tetap sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa perkembangan profil tanah dalam order Alfisol selalu maju seiring dengan perkembangan kejenuhan basa tinggi lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
Batasan lapisan pertama dan kedua berbaur karena perbedaan warna antara lapisan pertama dan kedua hampir tidak dapat dibedakan dan biasanya disebabkan karena pencucian bahan organik lapisan pertama terbawa kelapisan kedua Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa adanya perbedaan lapisan pada tanah disebabkan proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme atau proses humufikasi.
Warna (munsell) lapisan pertama berwarna cokelat begitupun dengan lapisan kedua namun pada lapisan kedua warna lapisan cokelat kekuningan Hal ini disebabkan pada lapisan I, mengandung bahan organik yang lebih tinggi yang merupakan salah satu bahan yang mengendalikan warna pokok tanah. Selain itu juga banyak terdapat tumbuhan sehingga jika mati akan terurai. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo (1991), bahwa tanaman yang mengalami penguraian akan memiliki warna tanah cenderung gelap. namun perbedaan warnanya hampir tidak bisa dibedakan.
Tekstur pada lapisan pertama liat karena pada saat dipegang tanah ini lengket dan halus Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah alfisol yang maksimum. Pada saat pengolahan akan sangat mudah tetapi bila sangat basah maka alat yang digunakan mudah lengket, sedangkan pada saat kering tanah tersebut akan sangat keras sehingga sukar untuk diolah. Tanah ini memiliki horizon B yang kaya akan liat. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994), bahwa tanah yang berada pada horizon B cenderung mengandung tekstur tanah yang liat. sedangkan pada lapisan kedua liat berpasir, karena pada saat dipegang tanah ini lengket dan terdapat butiran-butiran pasir. Struktur pada lapisan pertama dan kedua granular.
Konsistensi pada lapisan pertama lembab gembur dan pada lapisan kedua basah agak, lekat yang disebabkan volume air pada lapisan kedua berbeda dengan lapisan petama. Konsistensi tanah ditentukan dengan cara meremas segumpal tanah. Hal ini terjadi karena pada saat tanah tersebut diremas tanahnya lembab pada lapisan pertama dan pada lapisan kedua basah, agak lekat.
Lapisan tanah dan kedua memiliki karatan Hal ini disebabkan karena tanah pada profil memiliki drainase yang baik karena tidak tergenang air, sehingga warnanya bercampur cokelat kemerah-merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998) bahwa jika tanah memiliki sistem drainase yang baik, maka biasanya memberikan warna yang tidak terlalu gelap.





V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat disimpulkan bahwa pada lapisan pertama memiliki kedalaman 50 cm, lapisan kedua 35 cm, yang memiliki batas lapisan berbaur dan batas topografi masing-masing tidak teratur, warna pada lapisan pertama coklat sedangkan pada lapidan kedua coklat kekuningan, tekstur lapisan pertama liat sedangkan pada lapisan kedua liat berpasir, lapisan pertama dan kedua memiliki struktur masing-masing granular, konsistensi lapisan pertama lembab gembur sedangkan pada lapisan kedua basah agak lekat. Dan masing-masing lapisan memiliki karatan.
5.2. Saran
Sebaiknya pada lahan tersebut jika selesai panen padi hendaknya jangan dibiarkan menganggur, sebaiknya ditanami sayur-mayur atau buah-buahan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik lahan persawahan tersebut.






DAFTAR PUSTAKA
Benito, 2011., ilmu tanah. http://benitohp.wordpress.com/2011/03/09/ilmu-tanah/. Diakses pada tanggal 9 maret 2011.

Foth,  1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Foth., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Kartasapoetra. A. G., 1991. Pengantar Ilmu Tanah. PT Bhineka Cipta : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. CV Rajawali : Jakarta.
Madi, 2012 laporan profil tanah. http://madi-cmos.blogspot.com/2012/02/laporan-profil-tanah.html. diakses pada tanggal 16 oktober 2011.
Tim asisten dan dosen universitas hasanuddin. Penuntun praktikum dasar-dasar ilmu tanah. Makassar. 2012.
Vivin, suryati, 2012., laporan profil tanah. http://vivinsuryati.blogspot.com/2010/12/laporan-profil-tanah.html.diakses pada tanggal 15 desember 2010